Saturday 26 November 2016

Sekali waktu

Ada burung-burung menari di langit dikala senja. Ada apa dengan hari? Waktu lebih cepat bergulir dan menjadi asing.

Dulu aku menatapmu seperti pilar-pilar besar, sulit untuk kudekap, sulit untukku melihat. Karena kamu terlalu tinggi dari jangkauanku.

Aku tidak sedang berlebihan, hanya kita yang terkadang sedikit plin-plan.

Lalu waktu menjawab disela-sela hati yang telah terikat, pada bagian-bagian yang telah retak. Amarah yang memuncak, perih yang terlalu mencabik. Ada benci, rindu, tawa, tangis, cinta, caci dan maki.

Dan disitulah sebuah kehidupan menjadi berwarna. Ada yang menjadi pemenang ada yang terkalahkan. Meski tidak ada lomba dalam sebuah drama didalam kehidupan.

Aku pikir duniku berakhir pada detik sebelum waktu jauh bergerak.

Aku benci pada kehilangan-kehilangan, Aku benci pada waktu yang terbuang, dan kadang aku membenci waktu yang memaksaku untuk tumbuh menjadi dewasa.

Suatu ketika saat apa yang aku minta berdiri tepat dikedua mataku. Aku tau alam mulai bermain kembali dengan duniaku. Mungkin bermain atau hanya main-main.

Aku..... hanya perlu menanti waktu meminta kembali semua yang ada pada genggamanku. Mungkin hari ini, mungkin besok, atau lusa, mungkin minggu ini, atau ditahun-tahun berikutnya.

Sekali lagi, aku hanya harus menunggu waktu meminta atau memberi. Begitu seterusnya sampai aku benar-benar lelah. Mungkin karena mereka, mungkin karena keadaan, dan mungkin, karena kemungkinan-kemungkinan lain.

Satu waktu saat waktu kembali meminta, aku mau bukan aku yang kembali merasa kehilangan. Bahkan jika itu tidak berbekas, aku tetap menginginkan itu bukan aku.

Thursday 10 November 2016

Isyarat

Aku tidak memahami tentang isyarat-isyarat yang kau buat. Aku tidak memahami bahasamu yang tersirat.

Jika memang keinginanmu melemah katakanlah. Bahkan jika genggamanku begitu kuat, aku sanggup untuk meregangkan.

Ada jejak-jejak kaki pada tanah basah, tawa anak-anak kecil membahana pada lorong-lorong. Setelah pergimu tepakmu mungkin hanya akan sekedar singgah, seperti cerita kita yang hanya sekedar "omong kosong".

Aku tidak akan meminta lebih dari ini. Kataku ini lebih dari cukup, tentang musim bunga-bunga yang bermekaran. Tentang dedaunan yang jatuh saat musim gugur. Bahwa aku menikmati setiap musim yang berganti.

Isyarat-isyarat itu ada, hanya saja seperti abu-abu. Pensil warnaku terlalu tumpul dan sosokku hanya berlagak menjadi pemikir dengkul.

Jika kau suka mewarnai, warnailah! Aku akan dengan terang-terangan mengamati. Jika hadirku membuatmu terusik, akan kupastikan ketidakhadiranku tidak akan mengusik.

Aku berhenti pada satu ujung cerita bernama takdir. Hari dimana semua kisah kembali bergulir dan  aku pastikan satu musim akan menjadi akhir.

Bahwa kau tidak akan pernah kembali menemukan satu musim  dimanapun. Meski dengan isyarat, jika pintamu adalah janji tentang pamit.

Sunday 6 November 2016

"Mereka"

Mereka bilang tawaku aku sirna pada satu purnama, mereka bilang hadirmu hanya akan ada saat aku tidak mengerjapkan mata.

Mereka ada tanpa diminta. Aku mencium aroma bentuk-bentuk pengkhianatan. Mereka bersorak seolah nafas mereka akan memanjang dalam setiap riuh tepuk tangan.

Atau mungkin oksigen akan selalu bertambah dalam satu kali tepukan?

Aku tidak pernah menemukan satupun anak manusia begitu tulus pada surya. Bahkan pada udara-udara yang tidak pernah berwujud sempurna.

Bahkan kau tidak akan pernah bisa menerka anak serigala dari dalam topeng rusa.

Mereka menghujammu dengan ribuan pisau, tapi mereka yang paling lantang berteriak kesakitan. Miris!

Kau tidak akan pernah paham bagaimana bermain dengan air yang tenang bukan? Sebaiknya kau pahami ini, Arus yang tenang bukan tidak pernah menenggelamkan hujaman ribuan pisau yang berkarat sampai dasar samudera.

Thursday 15 September 2016

Topeng

Tidak akan membaik hatiku jika genggammu mulai melemah. Selemah tanah yang mulai membasah. Ucapmu bukan menguatkanku tapi hanya menimbulkan resah.

Aku tidak ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku, bukan berarti aku tidak cinta. Hanya saja aku takut untuk kembali terluka.

Setiap kita mempunyai alasan tentang mengapa kita menjadi begini hari ini. Ada cerita dari belakang, bukan kelam. Hanya saja akan lebih baik jika cerita itu tenggelam.

Tapi ada seseorang yang meminta cerita itu untuk naik ke permukaan. Tidak memaksa tetapi menggiring cerita untuk kembali dihidupkan padahal sejatinya menenggelamkan lebih baik daripada diangkat kepermukaan.

Mereka mencibir seolah mereka adalah para pemikir ulung tentang takdir. Mereka menilai seolah mereka adalah manusia-manusia yang paling berkilau.

Ada banyak topeng pada manusia, tidak akan salah caramu melihat. Tidak akan salah pula jika topeng itu terlepas.

Sejatinya manusia adalah pelakon terbaik dalam bentuk sifat dan tipu muslihat.

Saturday 3 September 2016

Seandainya

Seharusnya saat pohon yang kuat itu mulai rapuh dia diberi penyanggah untuk hidup. Tapi tidak semua orang memperhatikan.

Mereka tetap berpikir pohon itu kuat sangat kuat. Mereka melewatinya hanya melewatinya tanpa memperhatikan seperti dulu ketika bunga itu bermekaran.

Entah mereka acuh atau mereka tidak tau, kenyataannya semua hanya berbeda tipis. Setipis rasa yang hanya berteman sesaat dengan manis.

Tepat dihari ini dahannya hampir patah, mereka hanya bergumam lalu enyah. Mungkin kehilangan satu pohon tidak mengapa.

Tapi setidaknya tidak adakah yang mencintainya dan memperhatikannya??

Malang......

Dia tidak akan mengiba, dia tidak akan bersuara. Kau cukup memperhatikan kepatahan dahannya sampai ujung akarnya.

Lalu sesal datang dengan kata seandainya.........

Saturday 20 August 2016

Celotehan pagi

Ketika semua yang bernafas menjadi seseorang yang menjadi mati. Mereka tidak seutuhnya mati, mereka hanya mematikan diri.

Tidak sepenuhnya berdalih tidak sepenuhnya juga permisi. Mereka hanya berlalu lalang pergi mempermainkan emosi.

Ada yang tidak aku mengerti tentang permainan pada sebuah perjalanan singkat dari sebuah kisah bernama hidup. Beberapa diantaranya menjalankan dengan baik, beberapa diantaranya memilih jalan agak mendaki untuk baik.

Aku membiarkan segerombolan peri bertindak selayaknya anak babi dan anak babi selayaknya peri.

Akan menyakitkan bila polahmu melebihi dari yang menyertai. Kau tau? Manusia terkadang lupa bahwa esok mereka akan mati, lalu mereka asik hidup diantara dendam dan benci. Saling mempermainkan seolah hati adalah benda mati, sadar atau tidak mereka hanya haus akan puji.

Selamat pagi, untukmu yang tadinya aku cintai dan dengan amat sangat menyesal harus kukatakan aku benci.

Bermainlah dengan kobaran api dustamu jika itu membuatmu baik, dan lepaskan ikatanmu padaku jika menginginkanku kembali membaik.

Terimakasih karena Permainanmu tidak seberapa parah dari luka yang ada pada hatiku, dan setidaknya kau sudah boleh mengangapku mati hari ini, esok dan seterusnya pada sisa jengkal nafasmu.

Maafku karena mulai detik ini aku pamit.

Tuesday 2 August 2016

Tentang rahasia

Mereka bebas menuliskan apapun pada halaman kosong yang mereka inginkan pada halaman kepunyaanku.

Dan aku sebagai pemilik berhak untuk menghapus atau bahkan merobek halaman yang tidak aku suka.

Tidak semua orang beruntung yang dapat berbicara mampu mengeluarkan apa yang mereka rasa dan dengan lugas bercerita.

Mereka terkadang hidup dalam diam dengan keadaan hati yang berduka. Bukan tidak ingin terbuka, hanya saja kata adalah pedang yang tidak terlihat tetapi menusuk rasa.

Ada rahasia-rahasia dari balik bukit, ada cerita dari atas langit. Mereka memintaku membungkam suaraku, pada tangis yang nyaris pecah pada harapan-harapan pada kalbu yang memintaku untuk bisu.

Kamu tau? Aku tidak hanya sedang melenyapkan harap, aku juga menghapus senyum yang tergurat. Apa rasanya?
"Sakit".

Friday 22 July 2016

Detik

Ada yang tidak bisa aku kembalikan dari waktu, yaitu "kamu". Pesta pelepasan pada setiap rintik hujan membuatku terpaku pada ambang ragu.

Sebuah pesta ulang tahun raja-raja yang membuatku kembali datang pada halaman tentangmu.

Bunga-bunga tulip yang bermekaran pada musimnya menggugahku, bahwa kita pernah berjanji menua bersama.

Seperti pasangan kekasih yang bergandengan tangan dari 4 musim ke 2 musim dan kita adalah pasangan kekasih renta yang berjalan bergandengan tangan dari 2 musim menuju 4 musim yang berbeda.

Aku akan mengikuti langkahmu, kemanapun  kakimu pergi menjauh.

Kamu mungkin akan selalu benar, dan aku akan tetap menjadi bayanganmu cepat atau lambat, meski detik akan tetap kembali namun tidak serupa, tidak berbekas tetapi ada.

Thursday 19 May 2016

Tidak ada senja yang indah denganmu

Tidak ada senja yang indah denganmu.

Aku menelan kata yang mungkin sangat sepele bagimu tapi tidak bagiku. Katamu cinta tapi kau berdusta.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Bahkan saat hari dimana aku melepas senyumku terakhir kali tepat dihadapanmu.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Bagiku embun tetap indah untuk menyapa pagi. Indahnya Sama sepertimu tapi tidak akan bertahan lama dari pandanganku.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Seperti putaran roda yang dengan sengaja aku buat lalu membuatmu kembali masuk mengikuti putarannya.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Ada bagian dari perjalanan hidup yang dengan diam-diam aku pinta, bagian dari perjalanan hidup itu bernama takdir.

Tidak ada senja yang indah denganmu.

Tidak untuk hari ini, tidak untuk esok, dan seterusnya. Bahkan saat kau menjadi bagian pengikhlasan terberat pada batin.

Aku masih gagal untuk menutup senjaku dengan indah denganmu atau tidak denganmu.

Monday 9 May 2016

Lampu kota

Ada yang ingin aku tanyakan padamu tentang warna-warna lampu yang kian lama kian meredup. Mungkin ini yang namanya benar-benar hidup.

Dicaci, dimaki, dibenci  dan dihantui. Tawa itu sesekali terdengar tapi sedikit asing untukku. Terkadang hidup hanya perlu sedikit ruang untuk menyendiri, tetapi terkadang hidup memerlukan sedikit suara pada  bisu.

Maka aku adalah sosok manusia yang paling pintar untuk menipu. Berkedok rubah tapi menjelma menjadi bidadari.

Tipuanku tidak akan terbongkar, tidak satu manusiapun yang akan berhasil membaca isi kepalaku. Bahkan aku pun tidak mampu memahami isi kepalaku.

Suatu hari saat lampu-lampu kota itu bersinar, mungkin aku bukan lagi tempatmu bersandar. Tapi paling tidak kita pernah bercengkrama sebentar lalu saling menghindar.

Setidaknya aku bersyukur, aku sempat melihat matamu sampai fajar

Monday 28 March 2016

Satu masa

Tentang rahasia-rahasia yang membuat jantung dan hatiku bersatu membentuk pilu. Satu diantaranya berdetak, satu diantaranya mulai meremuk.

Ada bagian dari perputaran kehidupan yang membuatku ingin diam lebih lama dari biasanya. Membuatku tertahan dan enggan beranjak dari singasananya.

Bahwa pelukmu adalah tempat yang membuatku berhenti pada seluruh perputaran hidup yang membuatku terus berlari dan mencari.

Aku ingin mengumpatmu hingga habis amarahku. Tapi kamu adalah seluruh rindu yang sengaja aku benamkan meski ingin aku sandingkan.

Tetaplah menjadi sosok yang aku rindukan, kamu tidak akan pernah dengan sengaja aku benamkan karena rindu selalu menguap dipermukaan.

Bagian yang paling menyesakkan adalah ketika rindu itu memanggil, tetapi kamu dengan sengaja berpaling.

Maka ketika satu rahasia tentang semesta itu membuat jantung dan hatiku bersatu. Aku tidak ingin kamu mengahantuiku bahkan saat hadirmu kembali dengan sebongkah waktu.

Wednesday 16 March 2016

Pergi

Pernah suatu hari aku bertanya pada hati dua anak manusia yang masih memiliki luka tapi memilih untuk berkelana

Kau benar hidup adalah pilihan, tapi hanya ada dua jawaban. Bertahan atau kehilangan

Hidup tidak sepicik itu untuk memberi dua alternatif meski kadang kita terlalu naif

Karena sejatinya semua pasti akan menghilang, Tidak perduli genggamanmu kuat atau lemah

Kali ini dia kembali menata hatinya kembali. Meski desir aliran darahnya luar biasa deras saat mata mereka beradu.

Kau tau bagaimana perasaannya saat melihatmu? Dia tidak begitu menikmati waktu yang berlalu bersamamu, ketakutan tentang kehilangan membuatnya menahan dirinya untuk tidak terlalu bahagia.

Bukan dia tidak mencintaimu, dia hanya begitu takut waktu tidak akan memberikan sedikit kelonggarannya pada semesta lagi.

Tuesday 1 March 2016

Jejak kaki

Terkadang langit yang mendung tidak selalu menurunkan hujan. Lalu aku tidak membiarkan tertawaku melampaui batas bahagiaku.

Aku takut semua berakhir seperti petir yang menyambarku pada siang. Kemudian dia berlubang lalu aku kembali memanggilnya dengan kenangan.

Hingga ketika jemariku dan jemarimu saling berpelukan aku menginginkan seluruh jarum jam menjadi rusak, berhenti bergerak, dan kehilangan detak.

Paling tidak jika itu terlalu berlebihan aku ingin putaran waktu lebih melamban sebentar. Tapi nyatanya tetap tidak, karena kenyataan membangunkanku seperti menampar.

Adalah aku sosok yang membenamkan luka pada setiap tawa dan kata lalu menjadikannya sebuah dusta dengan membangun cerita dan mengharap semua akan baik-baik saja hanya dengan cinta.

Terlalu munafik rasanya!

Alam memiliki cerita, tapi dia terlalu menyimpannya rapat. Membuatku menanyakan banyak hal. Apa merah akan tetap merah? Apa hijau akan tetap hijau dan kuning akan tetap kuning?

Dan kamu..... apa kamu akan tetap menjadi seperti sosok yang aku kenal dulu?

Aaaah.......Paling tidak aku membiarkan semua ceritaku mengalir dan sebelum perjanjian waktuku berakhir, aku telah mempercayai takdir.

Bahwa aku dan kamu pernah menebarkan begitu banyak harapan-harapan pada langit dan kita pernah memberi jejak-jejak kaki pada bumi.

Tuesday 16 February 2016

Sepenggal cerita dari waktu

Pada ujung akhir kalimat penutup seolah tidak ada lagi sekat antara lidah dan bibir yang mampu menghentikan putaran waktu.

Mungkin aku adalah pecandu tentang temu. Maka jika waktuku dan waktumu tiba, saat jarak hanya sejengkal dari deru nafasku dan nafasmu.

Kamu tidak akan paham bagaimana rindu hidup dalam setiap waktu yang berputar. Setiap detik yang berubah menuju menit menjadi panjang yang begitu pelit.

Baru kali pertama aku merasa jatuh pada adam hingga menusuk entah organ bagian mana dalam tubuhku. Apa dia meniupkan ruh padaku, hingga aku merasa utuh?

Untukmu yang kucinta dari jauh, degup itu tidak berhenti hingga waktu memakan banyak cerita pada setiap detik yang berputar. Bahwa sajak yang aku mainkan dalam kata-kataku tentang rindu adalah untukmu.

Paling tidak, jika garisku tidak cukup untuk menggulung sebuah benang putih. Aku pernah mengiba, pada detik, pada menit, pada jam, pada hari bahkan pada tahun yang silih berganti tentang cerita kita.

Karena aku tidak paham, bagaimana pencipta mempertemukan sosok sepertimu begitu indah dalam pandangan mataku sendiri.

Bahkan aku tidak memahami bagaimana waktu tidak membiarkanmu berlalu dalam ceritaku meski tahun terus melaju.

Satu hal pasti yang harus kamu ketahui Aku mencintaimu.

Kamu benar kita mungkin mampu untuk menjatuhkan hati pada hati yang lain. Tapi rasa tidak pernah berdusta pada jarak dan rindu paham dengan benar kepada siapa dia harus pulang dengan berpeluk.

Tuesday 9 February 2016

Tentang asing

Aku pernah mencintaimu dengan sabar. Lalu kamu meminta hadirku kembali melebihi dari sekedar.

Kita adalah dua anak manusia yang hanya mencoba, tidak mengapa jika kita akhirnya memutuskan untuk menjadi tidak ada.

Aku pernah begitu mengiba pada hatiku sendiri, menjatuhkan hatiku, membiarkannya kehilangan nyawa pada raga yang dulu dia sebut dengan cinta.

Tidak banyak yang aku pinta padamu. Pun sedari dulu tetap begitu. Bahkan saat rintik hujan untuk kesekian kali menangisi bumi tanpamu atau mungkin terlalu tinggi sepertinya harapku padamu. 

Setidaknya jika aku benar menjadi yang teristimewa perlakukanlah aku dengan cara bahagia.

Takdir memang mengantarkan kita pada hari dimana kita berdiri kala itu. Tapi jika takdir mengikrarkan dirinya sendiri pada janji tentang pergi. Apa kita berdua akan tetap memiliki? Atau asing namun memiliki?

Mungkin kamu adalah bulan dan aku matahari. Kita mungkin pernah berdiri pada satu tempat yang sama. Tapi kita tidak akan pernah saling bertemu pada satu titik bersamaan.

Jangan tanyakan tentang kecewa padaku. Aku hampir menghunuskan pedangku padanya. Membunuhnya adalah cara terbaik untuk menghilangkan jejak luka.

Tanya padaku tentang apa mimpiku. Maka jawabku aku hanya tidak ingin menjadi penafsir bahasa kalbumu.

Wednesday 3 February 2016

Gravitasi

Aku menuliskan namamu pada secarik kertas putih dalam balutan tinta berwarna merah muda. Seolah aku melihat surga hanya sejengkal dari pandangan mata.

Bagaimana perempuan sepertimu hadir seperti terang didalam sebuah kenestapaan. Bahkan ketika hitam mendominasi langit dan hujan.

Pernah aku bertanya bagaimana aku harus mendefinisikan sosokmu. Bukan tak berdebar jantungku menatapmu. Seperti seluruh sel dalam tubuhku meregenerasikan diri kembali.

Pikirku akan sangat mudah untuk mengartikan kehadiran perempuan sepertimu. Meski bukan hanya sekali ini aku meletakkan hati.

Tapi ternyata mengartikanmu sesulit menghitung sudut menggunakan arcsin, arccos, dan arctan.

Tegasku, kamu adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat hatiku bukan hanya berdebar tapi juga mampu untuk memastikan.

Aku mungkin mampu kembali jatuh pada hati yang lain. Tapi tentu tidak akan sama saat aku menjatuhkan hati padamu. Karena kamu berbeda.........

Bukankah bumi mengelilingi matahari? Kalau begitu anggap saja aku adalah partikel-partikel kecil yang selalu berusaha agar tetap berada didekatmu.

Untuk perempuan yang kini berada dalam pelukan. Aku tidak ingin mencintaimu hanya dengan jingga. Karena aku ingin mencintaimu dengan banyak warna dan tidak sederhana.

Friday 29 January 2016

Satu pohon

Kelak kamu hanya akan menjadi asing diantara rimbunan pohon yang tertanam.

Satu tunas baru tumbuh besar dan kuat mengakar lebih kokoh diantara pohon yang lain.

Kita memang akan menjadi kuat, akan tetap menjadi hebat. Tapi tidak akan hebat berdirimu jika hanya menjadi asing

Pernah suatu hari salah satu dahannya patah. Bukannya tidak menangis hanya tidak satupun yang perduli.

Dahan yang baru pasti akan segera tumbuh, tapi dia tidak akan pernah lupa bagaimana dahannya terpatah.

Dia tidak sekuat perkiraan tumbuhan yang lain. Mungkin dia terlihat tumbuh besar dan kokoh tapi dari bagian dalam kayu sebenarnya penuh dengan lubang dan pohon itu hampir tumbang

Pun tetap tidak ada yang perduli

Dulu dia berfikir saat tumbuh besar mungkin banyak yang perduli padanya. Tetap saja tidak!

Malangnya pohon itu berjuang sendirian, tanpa kepedulian, lawan dan teman. Sampai akhirnya pohon  itu tumbang dan tidak ada yang membicarakan tentang penyesalan bahkan kehilangan.

Karena pohon itu lebih buruk dari sekedar asing

Tuesday 12 January 2016

The eighth of july, twenty thousand and nine

Those february was brought her to go there. Exactly the place where she want out. Too late??? 50% yes! 50% no! Many years past when they still in loved

How pity them??

She told to him "We just look like playing a game. Then we try to restart again, but the track is same. Can we be a winner sweetheart??? Can we????

She was found him seven years ago, she hope he will grow as a good man one day. They said..... see you later!! For the last time they met as a student in senior high school.

How can people believe this one??? After three years past, the day when they met in railway station for the first time. They just say hai but deep on their heart, both of them felt like they didn't met just one day. Only one day, like they laught yesterday and tomorrow they just do it again together.

But now......

She become a lady and he become a man. But time really stubborn, you know time? they just falling in love by chance, and they would stay in love by choice.

Two months later he going to twenty five years old awhomthree months later she going to twenty four years old. How far they walk??

He ever said to her so lucky me got you, then he asked  do you have the same feeling like me? She just smiled. She told to me in my ears with her smooth voice, she said please tell this one to him. How can i'm not luck? Someone whom i love, love me too

If it is not love, then what is it???

Actually she hate your wrist watch, its remembering her about time, remembering about how many times you both left. 

Saturday 2 January 2016

Embun, senja dan fajar

Tetesan embun pada pagi, membuatku tersadar bahwa bulan akan segera pergi.

Jangan memberi harap pada cemas. Sudah kurendahkan egoku pun kamu tetap tidak memahami hatiku yang begitu memelas.

Hampir ku usap butiran embun itu tapi tidak kulakukan. Aku masih mengharap fajar yang menghapusnya meski perlahan.

Aku tetap menyukai gerimis meski semua ceritaku tidak selalu berujung dengan manis

Aku tetap menyukai pemandangan lampu kota meski tatapan mataku nanar memandang luka

Kamu tidak akan memahami bagaimana satu daun mampu bertahan pada kayu yang lapuk

Terakhir saat tanganku bergerak sendiri menghapus embun meninggalkan bekas pada kaca. Tidak banyak yang aku harap selain bahagia.

Jika bisa, aku hanya ingin menikmati fajar sampai senja tiba tanpa luka

Lalu bagaimana caranya aku menemukan fajar dan senja?
Seperti dua nama yang berbeda dan hadir pada waktu yang tidak sama.

Setidaknya coba jelaskan padaku bagaimana bentuk surga?

Friday 1 January 2016

1 Januari

Ramai sekali yang merayakan ulang tahunmu. Sekali waktu bacalah tulisanku, ada beberapa tulisan yang memang sengaja aku tuliskan tentangmu

Untukmu yang selalu menghujaniku dengan kasih sayang yang tanpa batas

Bahagiamu tentu saat melihat senyum dari putri-putrimu. Karena kami paham, kami adalah sumber kekuatanmu.

Tidak banyak memang yang bisa aku janjikan untukmu. Tapi percayalah kami pasti akan selalu membuatmu bangga pada kami.

Kuatlah terus seperti pohon besar yang mengakar. Sehatlah terus, Tertawalah terus seolah ringan beban dipundakmu.

Kami mungkin tidak selalu ada disampingmu tapi kami selalu mencintaimu.

Sekali lagi..........

Selamat ulang tahun Ayah.