Thursday 15 September 2016

Topeng

Tidak akan membaik hatiku jika genggammu mulai melemah. Selemah tanah yang mulai membasah. Ucapmu bukan menguatkanku tapi hanya menimbulkan resah.

Aku tidak ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku, bukan berarti aku tidak cinta. Hanya saja aku takut untuk kembali terluka.

Setiap kita mempunyai alasan tentang mengapa kita menjadi begini hari ini. Ada cerita dari belakang, bukan kelam. Hanya saja akan lebih baik jika cerita itu tenggelam.

Tapi ada seseorang yang meminta cerita itu untuk naik ke permukaan. Tidak memaksa tetapi menggiring cerita untuk kembali dihidupkan padahal sejatinya menenggelamkan lebih baik daripada diangkat kepermukaan.

Mereka mencibir seolah mereka adalah para pemikir ulung tentang takdir. Mereka menilai seolah mereka adalah manusia-manusia yang paling berkilau.

Ada banyak topeng pada manusia, tidak akan salah caramu melihat. Tidak akan salah pula jika topeng itu terlepas.

Sejatinya manusia adalah pelakon terbaik dalam bentuk sifat dan tipu muslihat.

Saturday 3 September 2016

Seandainya

Seharusnya saat pohon yang kuat itu mulai rapuh dia diberi penyanggah untuk hidup. Tapi tidak semua orang memperhatikan.

Mereka tetap berpikir pohon itu kuat sangat kuat. Mereka melewatinya hanya melewatinya tanpa memperhatikan seperti dulu ketika bunga itu bermekaran.

Entah mereka acuh atau mereka tidak tau, kenyataannya semua hanya berbeda tipis. Setipis rasa yang hanya berteman sesaat dengan manis.

Tepat dihari ini dahannya hampir patah, mereka hanya bergumam lalu enyah. Mungkin kehilangan satu pohon tidak mengapa.

Tapi setidaknya tidak adakah yang mencintainya dan memperhatikannya??

Malang......

Dia tidak akan mengiba, dia tidak akan bersuara. Kau cukup memperhatikan kepatahan dahannya sampai ujung akarnya.

Lalu sesal datang dengan kata seandainya.........