Tuesday 16 February 2016

Sepenggal cerita dari waktu

Pada ujung akhir kalimat penutup seolah tidak ada lagi sekat antara lidah dan bibir yang mampu menghentikan putaran waktu.

Mungkin aku adalah pecandu tentang temu. Maka jika waktuku dan waktumu tiba, saat jarak hanya sejengkal dari deru nafasku dan nafasmu.

Kamu tidak akan paham bagaimana rindu hidup dalam setiap waktu yang berputar. Setiap detik yang berubah menuju menit menjadi panjang yang begitu pelit.

Baru kali pertama aku merasa jatuh pada adam hingga menusuk entah organ bagian mana dalam tubuhku. Apa dia meniupkan ruh padaku, hingga aku merasa utuh?

Untukmu yang kucinta dari jauh, degup itu tidak berhenti hingga waktu memakan banyak cerita pada setiap detik yang berputar. Bahwa sajak yang aku mainkan dalam kata-kataku tentang rindu adalah untukmu.

Paling tidak, jika garisku tidak cukup untuk menggulung sebuah benang putih. Aku pernah mengiba, pada detik, pada menit, pada jam, pada hari bahkan pada tahun yang silih berganti tentang cerita kita.

Karena aku tidak paham, bagaimana pencipta mempertemukan sosok sepertimu begitu indah dalam pandangan mataku sendiri.

Bahkan aku tidak memahami bagaimana waktu tidak membiarkanmu berlalu dalam ceritaku meski tahun terus melaju.

Satu hal pasti yang harus kamu ketahui Aku mencintaimu.

Kamu benar kita mungkin mampu untuk menjatuhkan hati pada hati yang lain. Tapi rasa tidak pernah berdusta pada jarak dan rindu paham dengan benar kepada siapa dia harus pulang dengan berpeluk.

Tuesday 9 February 2016

Tentang asing

Aku pernah mencintaimu dengan sabar. Lalu kamu meminta hadirku kembali melebihi dari sekedar.

Kita adalah dua anak manusia yang hanya mencoba, tidak mengapa jika kita akhirnya memutuskan untuk menjadi tidak ada.

Aku pernah begitu mengiba pada hatiku sendiri, menjatuhkan hatiku, membiarkannya kehilangan nyawa pada raga yang dulu dia sebut dengan cinta.

Tidak banyak yang aku pinta padamu. Pun sedari dulu tetap begitu. Bahkan saat rintik hujan untuk kesekian kali menangisi bumi tanpamu atau mungkin terlalu tinggi sepertinya harapku padamu. 

Setidaknya jika aku benar menjadi yang teristimewa perlakukanlah aku dengan cara bahagia.

Takdir memang mengantarkan kita pada hari dimana kita berdiri kala itu. Tapi jika takdir mengikrarkan dirinya sendiri pada janji tentang pergi. Apa kita berdua akan tetap memiliki? Atau asing namun memiliki?

Mungkin kamu adalah bulan dan aku matahari. Kita mungkin pernah berdiri pada satu tempat yang sama. Tapi kita tidak akan pernah saling bertemu pada satu titik bersamaan.

Jangan tanyakan tentang kecewa padaku. Aku hampir menghunuskan pedangku padanya. Membunuhnya adalah cara terbaik untuk menghilangkan jejak luka.

Tanya padaku tentang apa mimpiku. Maka jawabku aku hanya tidak ingin menjadi penafsir bahasa kalbumu.

Wednesday 3 February 2016

Gravitasi

Aku menuliskan namamu pada secarik kertas putih dalam balutan tinta berwarna merah muda. Seolah aku melihat surga hanya sejengkal dari pandangan mata.

Bagaimana perempuan sepertimu hadir seperti terang didalam sebuah kenestapaan. Bahkan ketika hitam mendominasi langit dan hujan.

Pernah aku bertanya bagaimana aku harus mendefinisikan sosokmu. Bukan tak berdebar jantungku menatapmu. Seperti seluruh sel dalam tubuhku meregenerasikan diri kembali.

Pikirku akan sangat mudah untuk mengartikan kehadiran perempuan sepertimu. Meski bukan hanya sekali ini aku meletakkan hati.

Tapi ternyata mengartikanmu sesulit menghitung sudut menggunakan arcsin, arccos, dan arctan.

Tegasku, kamu adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat hatiku bukan hanya berdebar tapi juga mampu untuk memastikan.

Aku mungkin mampu kembali jatuh pada hati yang lain. Tapi tentu tidak akan sama saat aku menjatuhkan hati padamu. Karena kamu berbeda.........

Bukankah bumi mengelilingi matahari? Kalau begitu anggap saja aku adalah partikel-partikel kecil yang selalu berusaha agar tetap berada didekatmu.

Untuk perempuan yang kini berada dalam pelukan. Aku tidak ingin mencintaimu hanya dengan jingga. Karena aku ingin mencintaimu dengan banyak warna dan tidak sederhana.