Thursday 19 May 2016

Tidak ada senja yang indah denganmu

Tidak ada senja yang indah denganmu.

Aku menelan kata yang mungkin sangat sepele bagimu tapi tidak bagiku. Katamu cinta tapi kau berdusta.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Bahkan saat hari dimana aku melepas senyumku terakhir kali tepat dihadapanmu.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Bagiku embun tetap indah untuk menyapa pagi. Indahnya Sama sepertimu tapi tidak akan bertahan lama dari pandanganku.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Seperti putaran roda yang dengan sengaja aku buat lalu membuatmu kembali masuk mengikuti putarannya.

Tidak ada senja yang indah denganmu

Ada bagian dari perjalanan hidup yang dengan diam-diam aku pinta, bagian dari perjalanan hidup itu bernama takdir.

Tidak ada senja yang indah denganmu.

Tidak untuk hari ini, tidak untuk esok, dan seterusnya. Bahkan saat kau menjadi bagian pengikhlasan terberat pada batin.

Aku masih gagal untuk menutup senjaku dengan indah denganmu atau tidak denganmu.

Monday 9 May 2016

Lampu kota

Ada yang ingin aku tanyakan padamu tentang warna-warna lampu yang kian lama kian meredup. Mungkin ini yang namanya benar-benar hidup.

Dicaci, dimaki, dibenci  dan dihantui. Tawa itu sesekali terdengar tapi sedikit asing untukku. Terkadang hidup hanya perlu sedikit ruang untuk menyendiri, tetapi terkadang hidup memerlukan sedikit suara pada  bisu.

Maka aku adalah sosok manusia yang paling pintar untuk menipu. Berkedok rubah tapi menjelma menjadi bidadari.

Tipuanku tidak akan terbongkar, tidak satu manusiapun yang akan berhasil membaca isi kepalaku. Bahkan aku pun tidak mampu memahami isi kepalaku.

Suatu hari saat lampu-lampu kota itu bersinar, mungkin aku bukan lagi tempatmu bersandar. Tapi paling tidak kita pernah bercengkrama sebentar lalu saling menghindar.

Setidaknya aku bersyukur, aku sempat melihat matamu sampai fajar