Thursday 10 November 2016

Isyarat

Aku tidak memahami tentang isyarat-isyarat yang kau buat. Aku tidak memahami bahasamu yang tersirat.

Jika memang keinginanmu melemah katakanlah. Bahkan jika genggamanku begitu kuat, aku sanggup untuk meregangkan.

Ada jejak-jejak kaki pada tanah basah, tawa anak-anak kecil membahana pada lorong-lorong. Setelah pergimu tepakmu mungkin hanya akan sekedar singgah, seperti cerita kita yang hanya sekedar "omong kosong".

Aku tidak akan meminta lebih dari ini. Kataku ini lebih dari cukup, tentang musim bunga-bunga yang bermekaran. Tentang dedaunan yang jatuh saat musim gugur. Bahwa aku menikmati setiap musim yang berganti.

Isyarat-isyarat itu ada, hanya saja seperti abu-abu. Pensil warnaku terlalu tumpul dan sosokku hanya berlagak menjadi pemikir dengkul.

Jika kau suka mewarnai, warnailah! Aku akan dengan terang-terangan mengamati. Jika hadirku membuatmu terusik, akan kupastikan ketidakhadiranku tidak akan mengusik.

Aku berhenti pada satu ujung cerita bernama takdir. Hari dimana semua kisah kembali bergulir dan  aku pastikan satu musim akan menjadi akhir.

Bahwa kau tidak akan pernah kembali menemukan satu musim  dimanapun. Meski dengan isyarat, jika pintamu adalah janji tentang pamit.

No comments:

Post a Comment