Saturday 3 September 2016

Seandainya

Seharusnya saat pohon yang kuat itu mulai rapuh dia diberi penyanggah untuk hidup. Tapi tidak semua orang memperhatikan.

Mereka tetap berpikir pohon itu kuat sangat kuat. Mereka melewatinya hanya melewatinya tanpa memperhatikan seperti dulu ketika bunga itu bermekaran.

Entah mereka acuh atau mereka tidak tau, kenyataannya semua hanya berbeda tipis. Setipis rasa yang hanya berteman sesaat dengan manis.

Tepat dihari ini dahannya hampir patah, mereka hanya bergumam lalu enyah. Mungkin kehilangan satu pohon tidak mengapa.

Tapi setidaknya tidak adakah yang mencintainya dan memperhatikannya??

Malang......

Dia tidak akan mengiba, dia tidak akan bersuara. Kau cukup memperhatikan kepatahan dahannya sampai ujung akarnya.

Lalu sesal datang dengan kata seandainya.........

No comments:

Post a Comment