Friday 2 October 2015

Tidak demikian

Suatu pagi saat aku menyadari jari-jariku hanya mampu menyentuh jemariku sendiri, sedikit menutup mata lalu bermain dengan sedikit imajinasi dan saat kepalaku mulai penuh dengan egoku sendiri.

Aku paham, ada hal-hal yang perlu aku redam saat aku mulai mengundang seseorang masuk kedalam hidupku

Sesekali pada titik tertinggiku. Aku mengajak diriku sendiri untuk berdiskusi, lalu mempertanyakan apa arti dari hidup itu sendiri. Tapi yang aku temui hanya jawaban hidup adalah untuk mati.

Lalu mengapa semua kepala mendongak tinggi padahal sejatinya kepala mereka nantinya akan berada tepat sangat dekat dengan kaki mereka sendiri saat ini.

Mana mungkin aku lupa, aku, kamu, kita, mereka memainkan peran dan cerita masing-masing. Aku tidak lupa bahwa aku adalah lakon dalam setiap cerita yang berbeda setiap hari.

Tembok putih itu adalah saksi kunci bahwa hidup pernah sebersih itu  Lalu hari bermain dalam seni mengganti cerita demi cerita.

Pada kenyataannya aku terlalu takut untuk kehilangan apa yang aku genggam, tapi hidup memang lalu lalang. Datang lalu pergi, mencintai lalu membenci, berteman lalu bermusuhan, hidup lalu mati.

Hidup memang berputar

Tidak perlu sekasar itu mendoakan
Seseorang, kamu tidak pernah tau seberapa sulit dia berjuang untuk menciptakan lengkung dari sudut bibirnya.

Tumbuh menjadi dewasa tidak demikian dalam kepalaku.

No comments:

Post a Comment