Thursday 12 March 2015

Sedekat dan sejauh ini

Kita pernah sedekat yang kita harapkan saling menggenggam dalam kehangatan dan tenggelam dalam perasaan.

Seolah-olah hari ini adalah harimu dan aku lalu hari-hari esok adalah hariku dan harimu, begitu seterusnya. Aku tidak lupa bagaimana kamu mengecup keningku lalu wajahmu tersipu malu.

Lalu malaikat-malaikat kecil itu seperti menari sambil melempar panahnya....... kearahmu dan juga kearahku.

Hangat itu benar-benar membuat hatiku terasa penuh. Saat itu aku mulai menyadari "ternyata ini namanya sempurna".

Aku bersujud atas bahagiaku, atas apa yang aku miliki. Tapi penciptaku mengatakan ini belum sempurna.........

Iyaa suatu hari nanti dia yang kamu cintai yang kamu anggap sumber bahagiamu, mampu membuatmu begitu terluka sampai tanganmu perlu menepuk dadamu. Tapi dia juga yang mampu menyembuhkan lukamu tapi dia juga yang akan membuat luka itu (lagi).  Tidak letihkah?

Kamu perlu tau bahagia versimu, belum tentu bahagia versi-Nya.

Sama sedihnya seperti orang tuamu membelikan baju baru tapi  ternyata tidak sesuai dengan harapanmu. Begitulah kira-kira. Sedih itu pasti, kecewa itu pasti.

Lalu orang tuamu membujukmu, menenangkan sampai hilang tangis sesenggukanmu. Sampai akhirnya kamu mau mencoba dan ternyata baju baru itu pas dan sangat nyaman.

Pun begitu dengan hati...... suatu hari nanti ada yang membantumu menghentikan tangismu, meyakinkanmu untuk mencoba lagi lalu berusaha menunjukkan tanpa menjanjikan bahwa aku adalah tempat nyamanmu.

Karena penciptamu sungguh pembuat skenario cerita yang luar biasa untuk hidupmu dan aku mempercayakan skenario terbaik dalam hidupku dalam genggamannya.

2 comments: