Perahu-perahu itu menanti kita dari pinggir dermaga. Danau itu siap untuk kita arungi seperti batu loncatan untuk menarik kita melangkah ke gerbang masa depan.
Tapi.... Kepalaku menggeleng hatiku menunduk.
Aku menatap sekeliling dan yang aku tangkap hanya bulat. Aku putarkan lagi keseluruh pandangan, lalu pandanganku berhenti padamu. Tapi saat aku memutarkan lagi pandangnku, aku tersadar semua kembali bulat.
Bahwa semua pasti akan berputar dengan semestinya nanti.
Sepasang mata itu begitu meneduhkan, begitu hangat seperti senja. Mata lain tidak akan merasakan apapun karena tatapan itu hanya untukku..... hanya milikku!
Apa yang asik dari malam?
Kita saling bercengkrama, tertawa, bercanda aku menceritakan tentang semua duniaku, dan kamu menceritakan semua duniamu padaku. Saling mempersilahkan masuk entah sekedar bertamu atau akan berlalu.
Lalu apa yang kita takutkan dari malam?
Kita takut menghadapi esok, hati kita selalu bertanya apa esok kita akan tetap seperti ini? Apa esok akan sehangat ini? Apa esok kamu masih disini? Apa esok kita akan mengulang malam seperti ini lagi?? Apa esok......??
Terlalu banyak ketakutan akan esok dalam benak kita, takut melangkah tp juga tetap melangkah, ingin berhenti tapi juga tidak bisa berhenti.